Ketahui Manfaat Budaya Membaca sejak si Adik Masih Kecil
Ilustrasi anak cerdas Sumber: depositphotos.com |
Memiliki anak yang berkepribadian luhur, cerdas dan sukses adalah impian
setiap orangtua. Namun pertanyaan sesungguhnya adalah bekal apa yang dapat
diberikan orangtua agar anak menjadi pribadi yang sukses di masa depan? Apakah
sekolah cukup? Apakah susu yang kaya AA-DHA cukup?
Yuk, kita cari tahu jawabannya!
Kunci Kesuksesan
Akhir-akhir ini saya menemukan Indonesia sedang marak pemberitaan
tokoh-tokoh yang tidak tamat sekolah namun sukses dalam karir seperti para
pengusaha sukses dengan penghasilan luar biasa dari negeri Paman Sam.
1. Mark Zuckerberg drop out setelah dua tahun kuliah namun dapat
sukses dengan Facebook,
2. (alm.) Steve Job drop out setelah kuliah 1 semester namun
dapat sukses dengan Apple,
3. Bill Gates drop out setelah 2 tahun kuliah namun dapat sukses
dengan Microsoft.
Pemberitaan seperti ini diangkat ke khalayak umum sebagai motivasi agar
tidak putus asa meski tidak mampu menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Sayangnya,
yang ditekankan oleh media memberi kita sebuah amanat yang sedikit menyimpang.
Hal yang harusnya lebih ditebalkan oleh media adalah meskipun drop out:
1. Mark Zuckerberg membaca 1 buku setiap 2 minggu,
2. Steve Job membaca setiap hari,
3. Bill Gates membaca 50 buku per tahun.
Dari tiga contoh di atas dapat kita temukan bahwa ketiganya memiliki
budaya literasi tinggi. Apa itu budaya literasi? Yang dimaksud budaya literasi
adalah budaya baca tulis (Ma’mur, 2010). Pepatah yang mengatakan mata adalah jendela
dunia memang sangat benar. Melalui mata kita mendapat informasi dan melalui
membaca kita akan mendapat jawaban. Perilaku inilah yang mestinya kita tiru
dari tiga tokoh di atas.
Berita buruknya budaya literasi di Indonesia begitu rendah. Data UNESCO
yang didapat melalui laman Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia (2017) mengemukakan minat baca masyarakat Indonesia sangat
memprihatinkan yakni hanya 0,001% yang artinya hanya terdapat 1 orang dari
1.000.
Penyebab Rendahnya Minat Baca
Kita perlu mengkaji faktor penyebab untuk menemukan solusi. Rendahnya minat baca pada anak di Indonesia adalah multifaktorial yang artinya disebabkan oleh banyak faktor.
1. Keluarga
Lingkungan keluarga atau sekitar yang kurang mendukung kebiasaan membaca merupakan salah satu faktor penyebab anak malas membaca. Menurut Wahyuni (2010) anak yang setiap hari jarang melihat keluarganya melakukan kegiatan membaca secara umum juga kurang memiliki kegemaran membaca. Ini adalah faktor yang dapat dibenahi oleh masyarakat.
2. Daya beli buku yang rendah
Hal ini berkaitan dengan rendahnya tingkat ekonomi. Memang, zaman sekarang harga kebutuhan hidup melambung tinggi. Cukup dimaklumi bagi masyarakat dengan ekonomi golongan ekonomi menengah ke bawah. Namun di Indonesia, kaum hedonis yang hangout setiap hari, setelan pakaian selalu bermerek, mampu update foto wisata ke jajaran negara Eropa di sosial media juga jarang membeli buku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rendahnya daya beli buku juga disebabkan oleh rendahnya kesadaran pentingnya buku. Ini juga harus dibenahi.
3. Teknologi
Perkembangan teknologi sejak era globalisasi yang berlangsung sejak 1980-an memang tidak dapat dihindari. Televisi, game, surfing di internet, dan sosial media tampaknya telah mengalihkan perhatian seluruh elemen masyarakat Indonesia dari hal-hal penting di sekitarnya, termasuk buku cetak.
Upaya Mengenalkan Budaya Membaca pada Anak
Membaca harus dikenalkan dengan cara yang asyik sehingga anak tidak
merasa terpaksa. Di bawah ini telah dihimpun beberapa kegiatan yang dapat
meningkatkan budaya literasi pada anak-anak.
1. Membaca di depan anak
Orang tua merupakan teladan di rumah dan akan ditiru oleh anak Sumber: depositphotos.com |
Anak kecil meniru apa yang dilihat, bukan yang didengar. Belum ditemukan
angka fenomena orang tua membaca bersama anak secara keseluruhan Indonesia
namun sebuah penelitian yang dilakukan di Sidoarjo menyatakan bahwa 69%
orangtua jarang melakukan membaca bersama anak.
Orang tua dapat membaca koran atau majalah di depan anak, namun kalau
bisa jangan membaca di ponsel. Saya menggunakan ponsel untuk membaca informasi
lomba menulis dan keponakan saya ikut-ikutan mengambil ponsel. Apa yang ia
lakukan? Main game. Saat melihat orang dewasa di sekitarnya memegang ponsel,
anak tahunya orang tersebut bermain ponsel, tidak peduli kegiatannya apa yang
sebenarnya dilakukan menggunakan ponsel tersebut.
2.Mendongeng sebelum tidur
Membaca cerita sebelum tidur sebagai upaya mengenalkan literasi Sumber: theguardian.com |
Survei yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa dari 1.000 orangtua dan
kakek-nenek yang memiliki anak atau cucu berusia di bawah enam tahun hanya 1/3
orangtua di Inggris yang masih sempat membacakan cerita pada anak sebelum
tidur. Sementara itu penelitian di Sidoarjo menemukan 75% orangtua jarang
membacakan cerita pada anak sebelum tidur.
Padahal mendongeng pada anak memiliki manfaat bertambahnya kosakata
baru, imajinasi baru, meningkatkan minat membaca, serta melatih daya simak anak
(Wahyuni, 2018). Bonusnya, mendongeng diketahui dapat meningkatkan hubungan
antara orang tua dan anak.
3. Bernyanyi
Menyanyi sebagai upaya mengenalkan literasi Sumber: Parenting.firstcry.com |
Kapan Budaya Literasi dapat Dikenalkan pada Anak?
Teori mengatakan bahwa budaya literasi bagusnya dapat diajarkan pada
usia masa tatih. Masa tatih yakni saat usia 18 bulan sampai tiga tahun.
Saat tatih inilah anak-anak menuju pada penguasaan
bahasa dan motorik serta kemandirian.
Mengenalkan kegemaran literasi pada anak memang mudah-mudah susah karena
sekali lagi, kita berurusan dengan anak-anak yang belum mengerti
konsekuensi dan sikap kooperatif. Namun bila kesadaran orangtua mengenai
perannya dalam menumbuhkan budaya literasi cukup tinggi, saya yakin berbagai
kesulitan bukan penghalang demi kesuksesan anak ke depannya.
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga
Referensi:
Kementerian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia. 2017. TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas
Baca Tapi Cerewet di Medsos. Dikutip 02 September 2019 dari Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia: https://kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media
Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wahyuni, Fitri. 2018. Menumbuhkan Kecerdasan Literasi Anak Usia
Dini dengan Mendongeng. Jurnal Al Hikmah Proceedings on Islamic Early
Childhood Education. Diakses di http://conference.staialhikmahtuban.ac.id/index.php/ah-piece
Wahyuni, Sri. 2010. Menumbuhkembangkan Minat Baca Menuju Masyarakat Literat. Jurnal Diksi. Diakses di https://journal.uny.ac.id/index.php/diksi/article/download/6580/5640
Komentar
Posting Komentar