[CERPEN] Reality Shock Denisha
Denisha punya harapan. Bukan harapan menjadi orang paling menawan atau paling kaya sedunia. Denisha masih dasar realita. Harapannya sederhana: nanti setelah lulus kuliah, bukan ia yang repot melamar kerja melainkan pekerjaan yang datang padanya. Ia tak tahu kalau jurusan yang dipilihnya saat kuliah membuat harapannya jadi angan-angan tak tergapai. Harapannya sama sulit ‘tuk terkabul dengan harapan dipersunting pangeran Kerajaan Inggris.
Awal lulus kuliah,
Denisha menganggur karena belum menerima ijazah. Setelah mendapat ijazah,
Denisha menganggur karena lowongan tidak ada. Hu’um. Sama sekali tidak ada
lowongan kerja yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Begitu ada,
Denisha tidak memiliki persyaratan yang cukup. Gusti….
“Melamar
pekerjaan gak mesti nunggu lowongan. Seperti temanmu si A bisa tuh masuk jadi pegawai di kantor
pemerintah,” kata ibu gemas suatu hari.
Denisha
mengerutkan dahi tapi mencoba menghubungi temannya untuk bertanya bagaimana
caranya melamar pekerjaan di tempatnya kerja. Katanya sih hanya masukkan saja berkas lamaran. Tapi setelah bertanya dengan teman yang lain, ketahuan deh ternyata ani-ini-itunya si
A kepala bagian di sana.
Karena di
provinsi sendiri tidak ada lowongan, Denisha pun melamar ke provinsi tetangga.
Tak cukup sampai di situ, Denisha mencoba mencari pekerjaan ke pulau seberang.
10
Januari 2020 melamar ke RSIA Az-Zahra.
11
Januari 2020 melamar ke RS Siloam Palembang
15
Januari 2020 melamar ke PT. Sampoerna Agro
18 Januari 2020 melamar
ke BPJS
24 Februari 2020 melamar
ke RS Bunda Way Kanan
25
Februari 2020 melamar ke RS Siloam Palembang
13
Maret 2020 melamar ke RSIA Santa Anna
13
Maret 2020 melamar ke RS Harapan Bunda Lampung Tengah
16
Maret 2020 melamar ke RS AKA Medika Sribhawono
17
Maret 2020 melamar ke The Clinic Palembang
19
Maret 2020 melamar ke Klinik dan praktek Bunda Rizky
19
Maret 2020 melamar ke RS Budi Medika Bandar Lampung
20 Maret 2020 melamar
sebagai Relawan COVID ke
Wisma Atlet Kemayoran
20
Maret 2020 melamar sebagai Relawan COVID ke Forum Human Capital
20
Maret 2020 melamar ke RSIA Belleza Kedaton
20
Maret 2020 melamar ke RS Siloam Palembang
21
Maret 2020 melamar ke Klinik Pratama Rawat Inap Evina
22 Maret 2020 melamar
sebagai Relawan COVID ke Kemdikbud
22 Maret 2020 melamar
sebagai Relawan COVID ke BNPB
23
Maret 2020 melamar sebagai Satgas COVID ke Pertamedina IHV
23
Maret 2020 melamar ke Poliklinik Kementerian PANRB
25
Maret 2020 melamar ke Satgas COVID Eka Hospital
25
Maret 2020 melamar ke RS Hermina OPI Jakabaring, Hermina Sriwijaya, Hermina
Lampung
25
Maret 2020 melamar ke RSRK Charitas Palembang
26 Maret 2020 melamar
sebagai Relawan COVID ke Forum Human Capital
31
Maret 2020 melamar ke RS Permata Hati Lampung Timur
13
April 2020 melamar ke LPK Hikari Karawang
15
Juni 2020 melamar ke RSUD Kab. Ogan Ilir
15
Juni 2020 melamar ke RS Harapan Bunda Lampung Tengah
18
Juni 2020 melamar ke RSU Gladish Medical Center
30 kali
melamar, 5 di antaranya memberikan respon. Namun mendengar tempat yang mau
memperkejakan anaknya berkecimpung dalam penanganan COVID, ayah dan ibu Denisha
tidak setuju. Maka jadilah Denisha masih menganggur.
Seandainya dulu
Denisha mencari informasi dulu sebelum mendaftar seleksi bersama ujian masuk
perguruan tinggi. Seandainya dulu Denisha pergi ke ahli nujum supaya tahu 4 tahun yang akan datang profesi apa yang peluang kerjanya besar―Ups! Gak boleh, ya?
Di dunia
yang memandang kesuksesan dari pekerjaan, penghasilan besar, rumah megah, dan pakaian branded, kisah Denisha memang pasti bikin malu keluarga. Karena itu ayah dan ibu sering berkata ke tetangga bahwa kerjaan sebenarnya banyak tapi Denisha yang suka milih-milih. Mungkin ini yang namanya sudah jatuh ditimpa fitnah.
Begitu tetangga
mengobrol dengan Denisha, mereka mencoba membantu dengan memberi nasehat:
"Kalo fresh graduated, kerja jangan
milih-milih"
Gimana gak
pengen marah coba?
Atau nasihat,
"Kalo baru lulus, jangan dulu mikiran gaji.”
Hallo? Dari
sisi mananya coba Denisha mengincar gaji? Denisha bahkan melamar jadi relawan sebelum
pemerintah berkoar-koar menjanjikan adanya insentif. Padahal Denisha siap
digaji kecil, pulang-pergi kerja naik sepeda, tidur di mushola, dan mandi di
toilet umum.
Rambut halus
di tengkuk Denisha meremang. Pengen nampol. Please, orang luar yang tidak tahu duduk masalahnya
jangan ikut campur.
Komentar
Posting Komentar